Akankah Terjadi Blunder Terbesar Tahun Ini Melebihi Blunder Manchester United?

Array
Komentar 0
foto: Peneliti Indonesia Peopoll, Randy Bagasyudha
foto: Peneliti Indonesia Peopoll, Randy Bagasyudha

JAKARTA, Satunurani.com Sabtu, (21/10/2023). Penentuan Cawapres yang akan berkontestasi pada Pilpres 2024 tinggal menghitung hari. Capres Anies Baswedan yang memiliki kekuatan suara di DKI Jakarta dan sekitarnya memilih Muhaimin Iskandar yang memiliki basis di Jawa Timur dan NU. Sedangkan Capres Ganjar yang memiliki kekuatan di Jawa Tengah memilih Mahfud yang juga memiliki basis di Jawa Timur dan NU. Selain urusan elektabilitas, kedua Cawapres ini juga merupakan tokoh yang matang dalam politik, kualitas keduanya tidak diragukan dengan sederet pengalaman di pemerintahan. Kedua Capres baik Anies dan Ganjar terlihat pawai dan menghitung betul penentuan Cawapres baik dari segi elektabilitas maupun kapabilitas.

Bagaimana dengan Prabowo? Sampai tulisan ini dibuat, Cawapres Prabowo masih mengkerucut menjadi 3 nama yakni Erick Thohir, Gibran Rakabuming Raka dan Prof. Yusril Ihza Mahendra. Selain itu, nama Ridwan Kamil dan Khofifah sebagai calon alternatif masih juga diperhitungkan di media. Analisis lembaga-lembaga survey secara head to head selalu mengunggulkan Prabowo dibandingkan dengan Ganjar dan Anies. Namun peta itu serta merta berubah pasca penetapan Cawapres dari Ganjar maupun Anies. Pemilihan Cawapres Mahfud dan Muhaimin jelas memiliki daya dongkrak pada elektabilitas Capres. Situasi ini kontan membuat pemilihan Cawapres Prabowo menjadi signifikan. Prabowo akan tetap menang jika memilih Cawapres yang tidak “mendowngrade”dirinya.

Dari 5 nama yang ada, tim analisis media Prabowo harus melihat bahwa ada nama-nama yang berpotensi “mendowngrade” Prabowo. Kandidat Cawapres ini justru akan menggerus suara Prabowo dan tidak memiliki nilai tambah. Yang pertama Gibran, melihat perbincangan publik di media beberapa hari terakhir Gibran justru memiliki potensi untuk “mendowngrade” Prabowo. Hal ini terlihat dari tagar “mahkamah keluarga” dan “dinasti politik” yang menjadi trending topik di media sosial beberapa hari terakhir. Ditambah demo besar-besaran dari aliansi BEM seluruh Indonesia jelas merepresentasi keinginan masyarakat untuk menolak partisipasi Gibran dalam Pilpres 2024. Persepsi publik mengenai kemampuan Gibran yang belum teruji jika dibandingkan dengan 2 Cawapres lainnya yakni Mahfud dan Muhaimin juga menjadi faktor yang berpotensi “mendowngrade” Prabowo. Belum lagi secara elektabilitas sekuat apa Gibran mampu mengerus kekuatan Ganjar dan PDIP di Jawa Tengah, ini masih menjadi pertanyaan besar. Pemilihan Gibran semata-mata untuk menjelaskan kepada publik bahwa Capres Prabowo didukung penuh Jokowi sebetulnya tidak lagi diperlukan sejak deklarasi relawan Jokowi kepada Prabowo.

Kandidat kedua yang berpotensi “mendowngrade” Prabowo adalah Erick Thohir. Sentimen publik menjadi negatif kepada Erick dimulai dari pemilihan para komisaris BUMN yang merupakan “orang-orang titipan” bukan berdasar atas kemampuan. Bahkan konon ada mantan napi korupsi yang menjadi Komisaris. Belum lagi kinerja BUMN yang mencuat tidak mampu membayar vendor dan hutang yang menggunung. Jargon AKHLAK bak senjata makan tuan. Berbagai kasus BUMN ini potensi “mendowngrade” Prabowo. Apalagi secara elektabilitas Erick tidak memiliki basis pemilih.

Tinggal tersisa 3 kandidat Cawapres Prabowo yang bukan hanya tidak akan “mendowngrade” Prabowo namun juga dinilai memiliki sentimen positif untuk ikut mendongkrak Prabowo secara elektabilitas dan kapabilitas. Pertama ada Ridwan Kamil, secara elektabilitas sosok ini akan memperkuat basis Prabowo di Jawa Barat. Dengan keberhasilan RK membangun Kota Bandung selama 2 periode dan praktis minim kontroversi. Simpati publik pun positif kepada sosok ini pasca musibah yang menimpa putranya beberapa waktu lalu. RK juga dekat dengan kalangan milenial dan disukai kaum “emak-emak”.

Lalu yang kedua ada sosok Khofifah yang memiliki basis di Jawa Timur dan NU. Khofifah juga menjadi representasi kaum perempuan yang akan menjadi keunggulan jika dibandingkan dengan Mahfud dan Muhaimin.

Yang ketiga ada Prof. Yusril Ihza Mahendra. Prof. Yusril namanya melejit dalam beberapa hari terakhir pasca Ganjar yang memilih Prof. Mahfud sebagai Cawapres. Publik di media sosial riuh menantikan pertarungan kedua Profesor dalam debat di Pilpres 2024. Selain memiliki kapabilitas dan pengalaman segudang yang tidak diragukan, Prof Yusril jua merupakan cawapres yang merupakan representasi dari “luar jawa” khususnya Sumatera. Basis yang nampaknya dilupakan oleh Anies dan Ganjar. Selain itu Prof. Yusril merupakan cendekiawan muslim dan memiliki akar kuat di pemilih muslim. Tentunya faktor ini akan memperkuat Prabowo yang merupakan tokoh jawa, militer dan nasionalis ditemani oleh Prof Yusril yang merupakan tokok luar jawa, sipil dan agamis.

Mari kita tunggu kecermatan Prabowo dalam memilih cawapres. Akankah terjadi blunder terbesar di tahun ini melewati blunder Manchester United yang melepas De Gea pemilik sarung tangan emas dan menggantinya dengan Onana? Semoga tidak.

Oleh Randy Bagasyudha
Peneliti Indonesia Peopoll

(SN01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

REKOMENDASI UNTUK ANDA

ARTIKEL TERKAIT

Logo ATM - GIF 02-Small

POPULER

REKOMENDASI

MUNGKIN ANDA MELEWATKAN INI

iklan02